Kamis, 10 November 2016

RahasiaNya

Bismillah

Gue ga tau kalimat apa yang tepat buat memulai kisah ini. Rasanya isi kepala lebih cepet berlari dari ketikan tangan dilayar hp. Semua ini gue tulis demi makna yang gue ingin share ke temen-temen. Tentang perjalanan gue menemukan kesejatian cinta. *eaaaa..

Gini gini.. gue emang udah lama bgt kenal sama dia, dari tingkat satu. Kenapa gue bilang lama? Karna selama 4 tahun dia ga ilang dari layar hape gue, hampir di semua grup ga pernah ompong dari celotehan dia. Ya dia emang bawel, banget malah, tapi dia salah satu orang yang bawelnya lumayan berguna. Haha.. karna terlalu cerdas linguistiknya (preeet) dia sering kali menyebalkan, dan rasanya orang sekampus juga tau. Hahaha lebay. Intinya gue agak sentiment sama anak satu ini, bawaannya males kalo harus beririsan urusan. Sampe pernah lagi empetnya gue bergumam,’ya Allaaaah, jangan sampe deh gue punya suami kaya dia’

Dan, Zzzzzz…… you know the end.

Honestly, dia dateng di hari-hari gue yang melelahkan. Di saat gue bener-bener mau sendiri. Bener-bener s-e-n-d-i-r-i. di saat puncak kepenatan gue mendengar kata nikah. Mungkin karna gue cape dengan beberapa ‘proses’ yang lalu, jadi enek sendiri. Sampe gue berfikir, ‘urusan apa sih gue soal jodoh, males banget harus galau buang waktu. Mungkin aja si ‘dia’ ga akan pernah dateng, kaya bunda Maryam. Ya gue ga boleh lah menuntut untuk punya jodoh di dunia. Kalopun udah waktunya pasti terjadi, kalo belom yaaaa tugas gue Cuma mengHAMBA, dan yang namanya Hamba cuman menjalankan perintah Tu(h)an-nya. Dan saat ini gue dititipkan kehidupan tanpa ‘dia’. So, all the things to do is optimize what Allah given to me’ (titik) kemudian gue, menyibukkan diri dengan hal-hal yang gue rasa ga negative.

 Gue pernah bosan dengan drama cinta anak manusia. Setiap ngeliat posting-an foto para pasutri, gue liat comments dari caption dan foto itu sendiri… and most of all adalah envy! Yang gue ga suka adalah, gimana kalo dari foto-foto itu setan berhasil menjerumuskan anak manusia pada dosa? Mungkin ada yang jadianlaah, ada yang CLBK-laah, atau bahkan lebih serem lagi dari itu. Bukan berarti gue lebay, tapi itu mungkin banget terjadi. Intinya gue rasa ga lebih banyak manfaatnya. Sampe gue bertekad, kalaupun gue nikah nanti, gue gamau post foto kita. Semoga Allah jaga dan istiqomahkan tekad gue.

Oia to be continue tentang kehadiran dia dalam hidup gue. As I told, karna gue lagi ga tertarik dengan hal-hal yang berbau pernikahan, alhasil gue biarkan dia kaya angin lalu. Gue biarkan dia berusaha menemui ayah tapi tanpa melibatkan gue, ga selera. Batin gue,’ yaaaa paling ga jauh beda kaya yang sebelum-sebelumnya.. selamat menghadapi ayah’. Gue serahin sama babeh. Belajar dari pengalaman, baiknya flow gue gini: orang tua dulu-baru jawaban gue. Kalo mereka ga oke, step ke2 ga perlu dong. Tapi kalo mereka oke, baru gue istikhoroh. Inget yaa, gue maunya istikhoroh setelah mereka punya jawaban.

Sebenernya gue sempet bertanya-tanya, abis kepentok apaan lagi tuh orang bisa-bisanya milih gue. Eh, gue bener-bener ga pernah sangka dia bakal dateng buat ngelamar, Sama sekali ga kepikir dalam otak gue. Yang gue tau dia pernah ‘mengagumi’ temen gue anak bogor,haha. Yaaaa memang dia layak dikagumi. Entah yaa kagum atau suka agak ambigu. Pas gue baca CV dia tentang kriteria istri; ‘sumpah ga nih orang nyari istri apa malaikat sih?’ , gumam gue. Jujur, paling Cuma satu persen yang mungkin bisa gue penuhi. Gue mah masih jauuuuuuuh, masih abal2, masih compang camping soal dakwah mah. Ga kaya dia yang melangit. Haha ! eh tapi sumpah yaa, gue kenal dia lengkap sama jelek-jeleknya..haha. kadang gue ngerasa jahat kalo nolak karna melihat dia dari satu sisi. Gue tau dia juga punya banyak kelebihan. Dan gue pikir manusiawi-lah, ada kurang ada lebihnya. Toh setiap manusia bisa berubah ko. Lagi pula siapa sih yang tau kemuliaan kita dihadapan Allah.No One. Jadi kala itu gue ngerasa takut kalo di over-estimate sama gue. Nanti dia kaget lagi tau gue yang asli..haha hina bangeet. Akhirnya gue pernah make sure ke dia, ‘serius lu mau lanjutin? Gue ga kaya yang lo pikir, jauh dari kriteriaa’, yaaaa kurang lebih gitulah yaa intinya. Tapi jawaban dia gitu.
Sembari nunggu jawaban ayah, gue memutuskan untuk berkelana melanjutkan kepingan-kepingan hidup gue, berharap sepulang dari perjalanan panjang gue, ortu udah punya jawaban dan tinggal gue yang berfikir. Yes or no. alhasil, 3 bulan gua pergi dan setelah kembali nothing change. Ayah masih silent tentang orang yang dateng ini. Itu pun gue taunya dari dia_gegara dia nagih jawaban ke ayah ga kunjung dibalas.

Di titik ini gue mulai berfikir, seakan-akan Allah minta gue melibatkan diri menemui takdir, agar pada penghujung tak ada yang merasa bersalah atau dipersalahkan. Di titik ini gue mulai merasa mendzalimi doi. Gue memang ga punya hati sama dia, tapi gue tau bahwa hati bisa belajar. Di titik ini juga gue mulai menyelami palung hati gue yang sengaja gue tutup, tentang arti sebuah pernikahan. Ibadah, punya dua sayap untuk terbang ke sisi Allah. Yang pertama adalah ittiba’ rosul dan yang keduanya adalah_Ikhlas. Dan pada yang kedua ini kerumitan terbesar manusia menemuinya. Jika pernikahan adalah sebuah ibadah, maka ikhlas lah yang menjadi tiangnya. Bukan karna apapun lu memilih dia, bukan rupa bukan pula harta. Kalau pun datang laki-laki yang baik agamanya, kenapa harus ditolak? Apa mau berkontribusi dalam hadits rosul itu? fitnah bertebaran dan kerusakan di bumi terjadi. Gue mencoba mendinginkan kepala dan melihat semuanya lebih bijak. Bahwa keikhlasan itu melepas diri dari pujian ataupun celaan manusia. Saat itu kebayang, gue tau anak-anak kampus pasti shock dengan kabar ini. Haha. Dari sini cinta gue semakin bertubi buat Allah, dengan keindahan caraNya men-tarbiyah gue tentang keikhlasan. Inti dari semua laku dan tutur, yang menentukan berat ringan amal.  Dari situ gue mulai teringat suatu doa gue yang penuh pengharapan, dan kala itu gue bener-bener bersungguh. Bahwa gue menyadari Cuma Allah yang gue inginkan dari hidup ini, dan gue amat sangat takut akan dunia yang fana ini, gue takut labil. Gue takut ga sadar sedang dalam buaian dunia dan tiba saatnya gue menemui Allah. Disisi lain gue ngerasa fitnah semakin dekat mengerogoti gue, gue Cuma mau menjaga diri dari maksiat. Sampe gue mohon agar Allah mau jaga gue karna gue sendiri ga mampu! Gue mohon sama Allah untuk hadirkan manusia(baca: pendamping hidup) yang akan menjaga gue dari api neraka_ terlepas dari gue suka ataupun ngga.

Finally, di penghujung Ramadhan gue kembali tersadar, hati kecil gue nyuruh untuk menerima dia lantaran niat gue untuk menikah adalah ibadah_menjaga kesucian. Dan hari itu gue memutuskan sebelum ada keputusan dari ayah, yang kala itu gue ngerti kenapa ayah masih ragu, gue sampein maksud gue dengan Bahasa yang sesantun mungkin. Berharap berangkatnya gue dengan niat yang baik Allah ridho sama gue dan membimbing perjalanan hidup gue ke depannya. ‘ ayah, semoga keridhoan faza menerima dia menjadi keridhoan ayah dan mama, yang bermuara menjadi keridhoanNYA. Kalau dia datang karna Allah, Allah ga mungkin sia-siakan kita.’ Bismillah.
Jadi segalau apapun yang lu rasain, please buang jauh-jauh karna itu dari setan. Keep in action karna kita ga pernah tau ‘orang itu’ akan sampai di hari hidup kita atau ngga. Kalaupun kita meninggal sebelum bertemu dengan jodoh kita, yang ada hidup kita diisi dengan kegalauan yang kurang produktif. Karna hakikatnya kita lagi melakukan perjalanan Cinta sama Pencipta kita. Lakoni aja peran kita hari ini, kalo jadi mahasiswa, jadilah mahasiswa terbaik, kalo jadi pedagang jadilah pedagang terbaik, kalo jadi guru jadilah guru terbaik, kalo jadi karyawan jadilah karyawan terbaik. Dan yang terpenting jadi yang terbaik di mata Allah, bukan manusia. Lupakan deh celoteh manusia kalo itu ga mendatangkan manfaat buat lo dan agama lo.
Selamat berjuang kawan. Life must go on!
See you in the TOP, Firdausi…*aamiin


Ardelia Faza
Finishing before akad. (11-11-16/08.25)


Jumat, 25 Desember 2015

Pelangi Tanpa Warna

Nulis...Engga....Nulis....Engga...Nulis...Engga..
Tapi itu aja udh jadi tulisan. Haha!
Ada kah kata yg mewakili rasa?
I Guess not. Sepertinya tidak.
Rasa itu sepi dari alfabet
Sepi dari isyarat
Sepi..dari peduli
Aku hendak membiarkannya mengering,
Lalu lapuk, 
Kemudian lenyap.
Maaf. Aku baru hanya bisa ingin..

Tak menemukan kata yang dapat menerjemahkan hari ini..
Tak ada warna yang tepat menggambarkan indah pelangi..
Haha. Pelangi tanpa warna. Tetap mengagumkan.
Mungkin seperti mentari tanpa cahaya, atau hujan tanpa awan.
 Atau, hari tanpa nama(?)
Atau lagu tanpa bait(?)
Mungkin Rasa tanpa hati.
Haha.entah. DIA selalu tau yang aku alami, bahkan lebih jauh dr yg ku mengerti..
#abaikan~
#isengtengahmalem
#inginsembuh

Kamis, 15 Oktober 2015

Tanpa (perlu) Judul(?)

"Bukankah kita berharap ini adalah hal yang sama-sama kita perjuangkan, bukan hanya salah satu dari kita? Lantas bagaimana bentuk perjuangan itu, itulah yang menjadi urusan kita. "
Sebenarnya yang aku perjuangkan adalah rasa ku atau dia? 
Haha.. 
Mungkin bukan keduanya, Sepertinya aku punya pilihan lain untuk perjuangan ini.. :)
Ini hanya selapis dari perjuangan itu sendiri, dan setiap lapisnya asmaNya harus agung disana, tak peduli lapisan manapun. Tak peduli. 
_____________
 Sejak awal memutuskan, aku sadar untuk bertanggungjawab dg rasaku, apapun resikonya. 

Entah kekuatan apa yang masih membiarkan keyakinan itu bersembunyi disini.. 
Walau aku, tak akan menyalahi apapun yang terjadi, Nanti... setakmudah apapun. :)
Sebab kita (mungkin) sepakat untuk sebuah kemenangan. Selama kita percaya DIA siapkan akhir yang baik, tak ada kekalahan. :)
Maka yang utama ahsanu 'amala bukan? :)
This wouldn't be the same..
#MenyelamiPerjuangan

Rabu, 30 September 2015

yang mana lebih kau suka?

  ... وَأُخْرَى تُحِبُّونَهَا نَصْرٌ مِنَ اللَّهِ وَفَتْحٌ قَرِيبٌ
”Dan (ada lagi) karunia yang lain yang kamu sukai (yaitu) pertolongan dari Allah dan kemenangan yang dekat...(QS.61:13)
Yang mana lebih kau sukai? 
Bagiku, kedua makna sama. Tak ada pertolongan Allah yang tak melahirkan kemenangan.. 
Dan tak ada kemenangan tanpa pertolongan Allah.. 
Tapi aku memilih yang pertama, karna... 
Yang pertama menjadi penyebab yang kedua :)
Selamat 'memulai' Perjuangan:)


Minggu, 27 September 2015

خُذِ الْعَفْوَ

"... Hendaklah mereka memaafkan dan berlapang dada. Apakah kamu tidak suka bahwa Allah mengampunimu? Dan Allah Maha pengampun, Maha penyayang."(Q.S Annuur:22)
Setiap kita, pasti punya masa lalu..
Yang tak selalu ingin kita ingat, meski melekat.
I guess, yang mendorong seseorang menjadi pemaaf sebab beratnya rasa bersalah pada Rabbnya, hingga dia memaafkan sebagaimana ia (sangat) ingin dimaafkan Rabbnya, diterima Rabbnya
(Q. S 7:199)...خُذِ الْعَفْوَ
~hijrah

Sabtu, 26 September 2015

Tak(ada)Terlambat

sejenak memberi celah untuk hati bercermin..
menghimpun keyakinan dalam kalkulasi tahunan memang tidak mudah, tak jarang aku menyerah dalam bertahan.. atau bahkan suatu waktu begitu kokoh berdiri di atas yakin. bukankah di penghujung hari matahari selalu terbenam? maka tak ada teka teki tanpa jawaban. apa yang tengah Allah rencanakan?
begitulah yang terefleksi saat ini, menunggu matahari terbit.
tetapi dalam gulita, benang hitam dan benang putih tak beda, disana letak 'musuh abadi' kita menyelinap. memenjarakan hati dan pikiran kita pada angan buatannya, membuat tipu muslihat yang sedikit demi sedikit 'menarik' kita dari kata Berkah. bukan kah ridho dan keberkahan yang sangat kita harapkan hingga nafas terakhir?:'
maka waktu yang kita butuhkan untuk menunggu matahari terbit, selama itu pula 'musuh' kita akan terus berusaha menjauhkan kita dari apa yang kita harapkan.
Tapi, matahari tak pernah terlambat terbit bukan?
jika menunggu meresahkanku(mu), tarbiyyah Allah berikutnya boleh jadi kesabaran.
bersabarlah, dengan kesabaran Allah ingin kau tau betapa berharganya ia dalam hidupmu kelak..
bersabarlah, dengan kesabaran Allah ajarkan seberapa berserahnya dirimu padaNya..
bersabarlah, dengan kesabaran Allah ingin kau berbenah lebih baik, sebab perjalanan di depan sana jauh sekali.
Dan pemilik kesabaran yang agung itu, nabi Ibrahim, menunggu kelahiran buah hatinya puluhan tahun lamanya.
tapi keyakinan pada rencana Rabbnya,
kesantunannya terhadap Rabbnya,
keikhlasan terhadap ketetapan Rabbnya,
tak menjauhkan Ibrahim dari cintaNya, sebab beliau meminta keinginan hatinya dengan cara yang Santun. hingga berbuah keridhoan.
Sabar.Yakin.Santun.Ikhlas..semoga kita tidak terlambat memperbaiki hari yang lalu dan berbenah demi keberkahan dan ridhoNya_hingga ujung waktu.
hmm..tapi apa jadinya jika matahari tak akan terbit?-rajaa wa khouf-
haha..mungkin sudah waktunya kiamat.
dan terbit di kehidupan ke dua.

Lanjutkanlah... setelah kau menyemai harap ditempat yang tepat.
Allah masih beri waktu untuk banyak 'berbenah', bersabarlah :"



Sabtu, 19 September 2015

Yakin..

Al Yaqinu La Yuzalu bis Syak.
Kalimat itu masih menggema dalam ingatan. Saat pertama kali sampai dari lisan seorang guru yang menerangkan dalam salah satu subjek favorit, qowa’id fiqh. Suatu keyakinan, tidak bisa dihapus keraguan.
Haha..
Sejenak mendengar itu seperti ‘yaa..of course it is!’. Tapi itu kaidah fiqih..polanya kita diminta untuk menjauhi keraguan. dan kita ga akan jauh-jauh membahas detil sampai sana..
Lantas, ada apa dengan yakin?
Yakin jelas adalah modal keberangkatanmu beramal. Faith, yakin, adalah landasan kamu berdiri pada suatu perkara. Keyakinan pula yang meneguhkan para anbiya menempuh jalan panjang ini. Keyakinan juga yang mempertahankan bilal bin rabbah merintih ‘ahad..ahad..’. sebab keyakinan pula yang melandasi husen bin salam menunggu di atas pohon kurma, menanti kehadiran rasulullah di yatsrib. Iman, yakin, pula yang menghantarkan para sahabat haus untuk berkorban nyawa_syahid.
Jadi? Yakin bukanlah ‘sekedar’…apalagi ‘hanya’.
Ia mampu memberangkatkan bilal pada derajat yang mulia.. mampu melahirkan keberanian umar saat hijrah.. bahkan membakar jiwa perindu syurga..
the other side, bukan pula hal yang mudah meneguhkan keyakinan, kau pasti tau perjuangan para pendahulu mempertahankan keyakinan mereka. dicaci,dimaki,dihina,diusir, bahkan diperangi.. lantas keyakinan yang benar bukan berarti mulus jalannya, baik perjalanannya...tapi, tenang hatinya, sekuat apapun keadaan yang harus mereka hadapi.

Jadi, Ada apa dengan yakin? Ada yang perlu selalu dijaga, dimana keyakinan itu berpijak. jika benar tempatnya, baik tumbuhnya.

Wallahu’alam.